Selasa, 09 Juli 2013

Malam ini



malam ini langit basah

tiada bintang nampak

atau pula bulan yang temaram

hanya arus angin terus saja mendesah


malam ini tanah basah

ia nyaman berselimut dengan air

setelah seharian ia malang

di terjang gersang


malam ini aku pasrah

karena pada air yang bunuh diri

ku titipkan rindu yang mulai bersemi


malam ini aku resah

karena pada bidang tanah yang wangi

ada harapan ku yang masih tersembunyi





Pekalongan, 2013

(malam awal bulan ramadhan)


patria agusta permadi


Kamis, 04 Juli 2013

Ra



(untuk Ra)




Ra, lihatlah telaga itu. telaga yang menyimpan banyak gelombang rindu untukmu

telaga nan indah, ketika kau memandangnya seakan kedua bola matamu berbinar liar

telaga yang beriak airnya sejuk meneduhkan

tapi sayang telaga itu kini seakan hilang, hilang ditelan kabut.

telaga itu sekarang sembunyi didalam lembayung lembut


Ra, jangan kau tangisi

sudahlah halau aliran air pada mata indahmu itu

berhentilah berkaca-kaca walau perih serasa menyerbu kalbu

biarlah serpihan asamu terurai

atau pula tersemai pada ladang yang lain


Ra, tersenyumlah

rangkai kembali pelangi yang pudar pada cahaya mentari

rangkailah lewat bait syair atau puisi

warnai lagi langit lazuardi

lewat lengkungan bibir merah mudamu itu

karena pada tangismu yang berderai

tersimpan senja yang mempesona


tersenyumlah

karena pada terik senyumu yang hangat

ada nikmat yang lekat



Pekalongan, July 2013







Rasi Bintang



"tetaplah melayang diangkasa sana, aku tetap ingin melihatmu bersinar walaupun itu hanya di sepenggal malam"



Aku selalu melewati malam yang cantik bersama berisik sang angin, Sendiri. Terkadang angin membawa kabar tentangmu. Kabar dengan siapa sekarang kau beriringan. Tapi hanya kabar singkat saja yang ia bawa, dia hanya datang lalu pergi dengan lekasnya. Dan aku pun kembali termangu, melihat para kunang-kunang bermanja dengan gelap. Aku kembali termangu merindumu.

Tentang rinduku yang selalu ku genggam kemana saja aku ada. Apakah kau mengerti?". Mungkin kau tak sedikitpun pernah mengerti. Biarlah saja, cukup aku yang selalu mencoba untuk menjadi pendamba abadimu. Mengikuti setiap lekuk langkahmu. Walau aku tahu mataku sudah tak jernih lagi seperti ketika melihatmu dahulu. Mataku kini telah penuh ceceran darah luka dan aku percaya kau tak pernah ingin lagi melihatku saat ini. Jangankan melihatku mungkin untuk mengingat sedikit tentang aku engkau enggan. Andai kau menghampiriku dan menanyakan hal apa saja yang kulakukan saat ini. Jawabku masih sama seperti dahulu,

"aku masih menantimu disini".--


Selasa, 02 Juli 2013

Badai Semalam




"sepercik harapku yang padam disapu badai semalaman"





Rapuh sudah hatiku. Keropos seperti kayu-kayu penyangga rumah tua. Tapi aku mengerti, suara-suara alam itu. Angin yang bergemuruh atau suara katak berdendang selepas hujan. Mereka senantiasa berbahagia setelah apa yang dahsyat menimpa. Bukanya mereka lemah dariku? Tapi mengapa mereka bisa?". Beribu tanya sempat ku lontarkan tapi percuma saja mereka masih tetap saja seperti biasa, hanya bergemuruh dan bernyanyi merdu menghantar dingin malam.

Mungkin aku terlalu bodoh hingga menjadi penyesal akut ?". Entahlah mataku terlanjur lelah mencari jawabnya.

Aku pun hanya berjalan semampuku bisa. Berjalan biasa hingga tertatih, bahkan terseok-seok hanya untuk mengikutimu. Aku telah sekuat tenaga menggenggamu sampai bayangmu pun pudar diterpa cahaya matahari. Haruskah yang kulakukan kini menangisimu? Atau menjerit memanggilmu serta mengatakan bahwa aku mencintaimu sampai urat pita suaraku ini putus?". Kau tahu aku hanya terguncang diam. Terguncang diam.

Air mataku enggan meleleh jatuh tetapi kau tahu hatiku hancur berhamburan, berserakan di tepian jalanan. Tiada satu manusia pun yang mengerti itu. Termasuk kau.

Hanum



hanum, lihatlah malam
bintang serta bulan
mereka pagut memagut
bergumul menanti pagi

hanum, lihatlah kunang-kunang
lampu-lampu jalanan
yang tak pernah memuram
mereka setia pada sunyi
menyeberangi malam

hanum, lihatlah aku
dedaunan rapuh yang tak mau gugur
di terpa angin

hanum, ku masih ada
diantara kau yang telah tiada.




Pekalongan, Juli 2013




Cintaku Sederhana









aku ingin mencintaimu dengan sederhana seperti pena kepada kertas
membentuk kata demi kata menjadi suatu untaian yang penuh makna ...